MAKASSAR - Nenek Ludya (74) tinggal bersama suami dan ketiga anaknya di sebuah rumah sederhana berukuran 3 x 5 meter yang berlokasi di Jalan Hertasning, Kota Makassar.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia menjual bambu milik orang lain demi upah 10 - 20 ribu dalam sehari. Terkadang ia berkeliling sejauh 10 km dari Hertasning ke Paotere membawa gerobak berisi bambu untuk menjajakan jualannya.
"Nenek Ludya sudah 3 tahun lamanya mengidap penyakit kanker payudara dan sudah tergolong parah karena lukanya telah membusuk dan bernanah saat ditemui oleh tim Mobile Social Rescue (MSR) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sulsel, " kata Mustafa selaku ACT Sulsel kepada jurnalis indonesiasatu.co.id, Rabu (25/11/2020).
Meski ia telah rutin berobat lanjut Mustafa, menggunakan BPJS, namun saat tertentu ia tak bisa datang ke rumah sakit untuk melanjutkan pengobatannya karena terkendala biaya transportasi.
"Sejak awal Oktober 2020, tim MSR ACT Sulsel rutin mendampingi dan membiayai pengobatan Nenek Ludya di RS UNHAS. Selain itu, ACT juga memberi bantuan pangan untuk memenuhi kebutuhan Nenek Ludya dan keluarga, " ungkap Mustafa.
Namun takdir berkata lain, Allah lebih menyayangi beliau dan memanggilnya pada hari Jumat, 6 November 2020. Puluhan jamaah ikut menshalati jenazah beliau dan ikut mengiringinya hingga ke Pekuburan Dadi Kota Makassar.
Tak hanya sampai disitu, kedermawanan masyarakat melalui ACT Sulsel terus mengalir untuk Nenek Ludya, dimana saat ini tim ACT Sulsel melakukan pembangunan kembali rumah Nenek Ludya yang dimulai sejak pertengahan November 2020.
"Saat ini progress pembangunan rumah nenek Ludya telah berjalan sejauh 90% dan menunggu penyelesaian MCK. Semoga amanah dari sahabat dermawan untuk Nenek Ludya mendapat balasan terbaik oleh Allah Subhanahu wa ta'ala, " imbuhnya.(JIS)
Baca juga:
Bupati Bantaeng Beri Sarana Kerja Pokja KB
|