Pangkep - Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPkM) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar mengadakan kegiatan pelatihan berupa membuat pancing dari limbah sikat gigi.
Pelatihan pembuatan pancing ini merupakan kegiatan pengabdian yang dibiayai oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPkM) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar yang berlangsung selama 1 hari di di perairan Pulau Bontosua Kabupaten Pangkep, September lalu. Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan di perairan Pulau Bontosua
Pelatihan yang diketuai oleh Ir. Mustamin Tajuddin, M.Si beranggotakan, Asmidar, S.Kel, M.Si melibatkan pemateri pelatihan yakni Ir. Mustamin Tajuddin, M.Si yang juga dosen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK UMI, dan Herianto Suradin dan Ahmad Taufiq Mahasiswa PSP-FPIK-UMI sebagai pendamping.
Dalam rangkaian pelatihan tersebut dijelaskan kepada kelompok nelayan mitra teknik pembuatan pancing cumi-cumi, yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Pulau Bontosua adalah salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Pangkep.
Pulau tersebut bisa diakses lebih dekat melalui Pelabuhan Paotere menggunakan kapal dengan jarak tempuh selama kurang lebih 2 jam.
“Pelatihan PkMD Teknik pembuatan Pancing cumi-cumi yang ramah lingkungan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan, dilatih satu kelompok nelayan mitra. Metode yang dilakukan adalah melakukan pertemuan secara tidak formal terhadap nelayan agar nelayan lebih bebas mengeluarkan pendapat-pendapatnya. Kemudian memberikan arahan pembuatan alat mulai dari persiapan sampai pengoperasiannya dalam menangkap cumi-cumi, ” kata Ir. Mustamin Tajuddin, M.Si yang juga dosen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK UMI. Kamis (26/11/2020) di Makassar.
Menurut ketua tim,
alat tangkap pancing ini sangat bisa diandalkan bagi nelayan penangkap cumi-cumi di Pulau Bontosua Kabupaten Pangkep karena disamping pembuatannya yang sangat mudah juga bahan-bahan dasar pembuatan pancing tersebut berasal dari limbah sikat gigi.
“Selain ramah lingkungan, hal tersebut sangat membantu untuk mengurangi dampak sampah plastik di Pulau Bontosua, ” terang Mustamin.
Jamal, salah satu nelayan mitra mengatakan, produksi tangkapan cumi-cumi menggunakan alat pancing yang terbuat dari limbah sikat gigi ini mulai meningkat, karena ketertarikan cumi-cumi dari paduan warna sikat gigi ini membuat kilauan sehingga cumi-cumi lebih mudah para nelayan menangkapnya.
“Biaya operasional pun berkurang dari biasanya yang mengharuskan kami membeli mata pancing seharga Rp. 20.000 - Rp.35.000 per biji, ” pungkas Jamal.