Udang windu Kabupaten Pinrang Proses Sertifikasi Ekspor ke Eropa dan Amerika

    Udang windu Kabupaten Pinrang Proses Sertifikasi Ekspor ke Eropa dan Amerika

    PINRANG - Kabupaten Pinrang merupakan salah satu penghasil udang, selain Kabupaten Barru dan Pangkep. 

    Di Kabupaten Pinrang sendiri khusus di Kecamatan Lanrisang luasnya 1.588, 33 hektar yang meliputi dua blok pengembangan, yakni blok Lanrisang 523, 23 hektar dan blok Waetuoe seluas 1.065, 15 hektar.

    "Kawasan ini khusus memproduksi udang windu jenis eco-shrimp atau ramah lingkungan dan berkualitas premium yang diekspor ke Jepang", jelas Irwan Hamid selaku Bupati Pinrang, Senin (16/11/20).

    Sejak program mengembalikan kejayaan udang windu tahun 2019 melalui perusahaan Alter Trade Japan dengan perwakilannya di Indonesia, PT Alter Trade Indonesia (Atina) udang ini diekspor ke negeri Sakura yang sangat menyukai udang jenis ini.

    Lanjutnya, produk udang windu Kabupaten Pinrang sedang dalam proses sertifikasi untuk dapat diekspor ke Eropa dan Amerika. Pandemi COVID-19 menyebabkan proses sertifikasi untuk sementara waktu terhenti.

    Produksi rata-rata di kawasan ini telah mencapai 287 Kg/Ha/Mt dengan rata-rata lima kali musim tanam per tahun.

    "Insha Allah kawasan (Lanrisang) ini dapat mencapai target udang windu SulSel sebesar 500 Kg/Ha/Mt pada tahun 2023", ujar Irwan saat berada di Desa Waetuoe, Kelurahan Lanrisang, Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang.

    Kabupaten Pinrang juga siap menjadi bagian utama dari program Gubernur SulSel dalam mengembalikan kejayaan komoditas unggulan SulSel yang berdaya saing melalui pengembangan udang windu pada areal yang direncanakan pada tahun 2021 seluas 1.000 hektar di empat kabupaten.

    Saat Gubernur Sulsel, Prof HM Nurdin Abdullah yang ikut melakukan panen menyampaikan komitmennya.

    "Kita punya kewajiban untuk menjaga keunggulan kita, Pinrang ini adalah salah satu dari dulu sampai sekarang sebagai penghasil udang sitto (windu) ada satu hal yang kita jaga jangan sampai petani kita meninggalkan udang sitto", Urainya

    Pada kunjungan kerja di Pinrang, Gubernur memanfaatkan waktu Pembudidaya Windu, untuk temukan persoalan pendangkalan Muara Sungai dan Stok Benur.

    Dia meminta petambak memberikan masukan serta apa yang perlu didukung oleh Pemerintah Provinsi Sulsel. Ditemukan persoalan utama adalah muara saluran sungai yang mendangkal dan kualitas benur yang rendah dan belum mencukupi. 

    Hal itu terungkap dari Ketua Komunitas Pemerhati Udang Windu (Kontinu) Indonesia, Syarifuddin Zain dan Ketua Pokdakan Cempae, Abdul Waris Mawardi.

    "Masalah muara kami, itu mengembangkan udang windu akan berkembang jika muara ini sudah terbuka, karena terus terang saja. Pada tahun 1995 kami belum ada muara Pak Gub, itu udang windu agak belum naik, pada tahun itu juga sudah ada pembukaan muara, muara sungai dibuka, langsung pada saat itu melonjak", ungkap Zain.

    Tetapi sejak tahun 2000 di Jampue, sudah ada 20 tahun sudah tertutup dan hanya memanfaatkan air sungai yang mengalir dari sungai saddang, dengan harapan air hujan dari Enrekang tidak meluap. Belum lagi jika memasuki musim kering kurang pasokan air.

    "Tapi kalau dia meluap bulan Januari, otomatis udang windu sudah tidak menghasilkan. Daerah yang pernah pak Gub datangi waktu panen 2019 tahun lalu", paparnya 

    Selanjutnya, soal kualitas dan kuantitasnya benur windu yang bisa dikatakan kurang bahkan bisa langka. Jika terjadi hal demikian maka biasanya pembudidaya akan menebar vaname untuk menutup kerugian yang ada.

    Imbuhnya, di beberapa titik, tambak yang ada perlu untuk direhabilitasi. Tetapi ini dukungan dari Pemerintah.

    "Kami mohon kepada pak Gubernur sekiranya ada subsidi kepada pembudidaya, untuk penggalian rehabilitas tambak ini", pinta dia ke Gubernur Sulsel.

    Sedangkan Ketua Pokdakan Cempae, Abdul Waris Mawardi yang mewakili petambak lainnya, berterima kasih atas program kebangkitan udang windu.

    "Semangat pembudidaya di desa Lanrisang maupun Waetoe mulai bangkit kembali, dan sudah menjadi komoditas unggulan di Lanrisang", tandasnya disambut tepuk riuh.

    Waris juga mengharapkan agar persoalan benur menjadi perhatian serius. Nurdin Abdullah kemudian menanggapi keluhan dan harapan pembudidaya.

    "Jadi Saya kira, dua penanya tadi intinya adalah benur, Saya kira kunci ada pada indukannya, oleh karena itu saya kira memang saya akan programkan tahun depan, bagaimana memberikan subsidi benur kepada petambak ini", ujar Nurdin Abdullah saat melakukan dialog, Senin (16/11/2020).

    Persoalan muara sungai akan segera kita selesaikan. Dia menambahkan bahwa dalam budidaya windu peran penyuluh sangat penting. Terutama soal salinitas (kandungan garam dalam air laut).

    "Termasuk itu tadi normalisasi empang, nanti Saya komunikasi dengan pak Bupati apa yang harus kita lakukan. Yang pasti nanti, kita akan memperbesar lagi anggaran untuk pengembangan windu, daerah yang fokus ke windu itu akan kita berikan lebih banyak", Jelas Gubernur Nurdin Abdullah.(***)

    SULSEL
    Ryawan Saiyed

    Ryawan Saiyed

    Artikel Sebelumnya

    Dua hari Kunker, Gubernur Sulsel Pantau...

    Artikel Berikutnya

    Kapolres Pangkep AKBP Ibrahim Aji Hadiri...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Kapolres Pelabuhan Makassar Pimpin Sertijab dan Kenal Pamit Pejabat Utama, Momen Penuh Harapan dan Semangat Baru
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Inovasi KANDAYYA dan WIN DIESEL Semen Tonasa Bersinar di Panggung Internasional
    Kapolri-Panglima TNI Tinjau Kesiapan Program Ketahanan Pangan di Jawa Tengah
    Polres Barru Serahkan Tersangka Penipuan Haji ke Kejaksaan

    Ikuti Kami