Suatu daerah di Indonesia pasti mempunyai produk andalan, sebab itulah produk tersebut menjadi buah tangan bagi pendatang yang berkunjung ke Daerah tersebut.
Dengan membeli produk andalan dari suatu daerah tersebut, turut menyukseskan program pemerintah, untuk mencintai produk-produk Indonesia.
Ketika kami pulang kampung ke Kabupaten Ngawi, selain menelusuri jejak sejarah pun menyusuri kuinernya. Toh demikian rasanya belum lengkap apabila tidak membawa buah tangan ketika berada di Kabupaten tempat ditemukannya manusia purba-Phitecantropus Erectus ini.
Salah satu desa di Ngawi, seluruh warganya bergulat dengan tempe, yang dikenal kripik tempe. Benar sekali, menyesal sekali apabila kita tidak singgah ke Sadang, sentra perajin kripik tempe di Kabupaten Ngawi. Selain membantu memasarkan produk Indonesia, dengan membeli kripik tempe turut mendongkrak perekonomian warga Desa Sadang.
Begitu kita memasuki sentra perajin keripik tempe di Desa Sadang, Kabupaten Ngawi, pengunjung akan tanda gapura besar tertulis Selamat Datang di Sentra Perajin Kripik Tempe.
Hanya dari desa inilah tempe kripik diproduksi massal. Sentra industri rumah pembuatan kripik tempe di Desa Sadang Kecamatan/Kabupaten Ngawi Jawa Timur.
Warga di Desa Sadang ini semuanya menjadi perajin keripik tempe. Begitu memasuki sentra perajin tempe ini kita akan melihat di depan rumah akan terlihat tumpukan kayu-kayu bakar.
Kebetulan sewaktu kami ke desa tersebut hujan mengguyur Ngawi begitu deras, sehingga tidak nampak aktivitas para perajin tempe kripik khas Ngawi. Padahal biasanya di rumah mbak Kati nampak aktivitas menggoreng tempe. Lantaran hujan dan melambungnya harga minyak goreng, aktivitas di dapur itu terbatas.
Meski harga minyak goreng meroket, rasa kripik tempe dari Desa Sadang ini tetaplah terkenal gurih dan renyah menggoyang lidah. Di setiap rumah terpampang plang bertulisan perajin keripik tempe. Salah satu perajin keripik tempe langganan kami yakni mbak Kati. Rumahnya berada di dekat jalan Desa.
Begitu kami datang membeli tempe, mbak Kati langsung mengemasnya dalam kardus, bukan hanya itu, kami juga disuguhi sajian kripik tempe yang terkenal renyah nan gurih itu.
Dari pantauan saya, hampir semua ibu rumah tangga di Desa Sadang ini menjadi perajin keripik tempe. Sehingga tidak ada warga desa yang berleha-leha. Mereka semua bergelut usaha keripik tempe.
Memang betul, usaha kripik tempe ini mampu meningkatkan perekonomian warga setempat.
Keripik tempe dari Desa Sadang ini memang berbeda dengan keripik tempe dari daerah lain. Warga disini mempunyai resep rahasia sehingga keripik tempe ini bisa gurih, renyah, dan tahan lama.
Salah satu resepnya yakni menggoreng keripik tempe ini harus dengan kayu bakar di tungku perapian dengan panas yang maksimal. Selain itu juga bumbu dan bahan keripik tempe juga pilihan. Meski sudah ada kompor gas, para perajin ini masih mempertahankan tradisi tungku dan kayu sebagai bahan bakar, ini yang membuat kripik Tempe di Sadang rasanya tetap gurih, juga renyah waktu dikunyah.
Melihat kondisi mbak Kati yang habis kena musibah, yakni korban tabrak lari ketika menjual kripik tempenya, kami tidak banyak berbicara. Setelah membayar dan kripik tempe dikemas dalam kardus, kami langsung bergegas pamit, dimana waktu itu harus berpacu dengan derasnya guyuran hujan yang membasahi Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Sampai ketemu, entah kapan ya???
Kripik Tempe Ngawi merupakan industri rumahan yang terkenal, dan menjadikan sebagai produk unggulan yang layak mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat, agar uaaha lokal di Kabupaten Ngawi ini mampu bersaing secara nasional maupun internasional.
Lokasi industri yang strategis dan dukungan Pemerintah Kabupaten Ngawi menjadikan kripik tempe sebagai produk unggulan merupakan faktor pendukung dalam pengembangan industri kecil kripik tempe.
Adapun bahan-bahan keripik tempe buatan mbak Kati, yakni kedelai, tepung beras, bawang putih, telor, minyak goreng dan lain-lain. Tempe yang sudah jadi terlihat kuning kecokelatan dan tampak renyah buat menggoyang lidah.